Salah satu
nama surat dalam al Qur’an adalah an Nuur yang berarti “cahaya”. Cahaya bukan
merupakan fenomena aneh dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi yang sudah
mempelajari IPA dari sejak SD, telah mengerti sifat-sifat cahaya ini. Lalu al
Qur’an memuat surat “cahaya”, apa keistimewaannya?
Dalam
Qur’an surat an Nuur : 35 disebutkan:
35.
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita
besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.
Ternyata
disebutkan bahwa cahaya berlapis-lapis/bertingkat. Dalam fisika telah dimaklumi
bahwa cahaya putih dari sinar matahari jika dilwatkan pada sebuah prisma akan
terurai menjadi warna-warni seperti pelangi. Warna-warni ini menunjukkan
spektrum cahaya sekaligus tingkat energinya. Semakin ke arah warna merah,
energinya semakin tinggi. Jika cahaya memasuki air laut, maka uraian warna tadi
(pelangi) tersebut akan hilang satu persatu sesuai tingkatannya. Pada kedalaman
tertentu, warna merah tidak bisa menembus lagi, sementara warna lainnya masih
terus masuk ke dalam air. Begitu seterusnya sampai warna terakhir yang masuk ke
kedalaman tertentu secara berurutan ke warna violet.
Fenomena ini
cukup jelas bagi kita bahwa cahaya memiliki tingkatan seperti disebutkan dalam
al Qur’an. Makna tersembunyi lainnya adalah bahwa pernyataan al Qur’an (an Nuur
: 40) tentang adanya lapisan di dalam lautan tidak pula dipungkiri.
40.
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang
di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah
tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.
Karakter
lainnya dari cahaya adalah memiliki massa diam m0 = 0. Ini berarti bahwa cahaya
tidak memiliki energi jika dalam keadaan diam. Energi cahaya dapat dinyatakan
dengan perkalian frekuensinya dengan konstanta Planck (h), jadi E = hf dengan f
= frekuensi cahaya. Dengan kata lain, cahaya tidak pernah diam kapanpun. Sifat
cahaya ini tidak lain adalah sifat Allah Swt, yaitu Nur ‘alan Nuur.
Dalam
ayat lain (ar Rahmaan: 29), Allah senantiasa dalam keadaan menciptakan,
menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezki dan lain lain.
29.
… Setiap waktu Dia dalam kesibukan.
Allah
tidak pernah tidur, Dia selalu sibuk, bergerak, berinovasi, menciptakan baik
benda langit dan makhluk hidup di bumi selalu mengalami perubahan karena
kehendak Allah. Sifat cahaya yang tidak pernah diam ini merupakan sifat Allah.
Jika cahaya diam, berarti tidak memiliki energi, tidak memiliki kreativitas
(daya cipta), tidak memiliki inovasi. Ini bertentangan dengan sifat Allah yang
Maha Pencipta.
Hasil
penelitian Astro-Fisika terbaru menunjukan bahwa di langit selalu tercipta
bintang-bintang baru dalam bentuk Asap, asap-asap ini membentuk jaringan materi
antar galaksi, menggumpal, membentuk bintang-bintang baru, seterusnya sampai
wujud bintang yang kita lihat setiap malam. Surat Fushshilat : 11 menjelaskan:
11.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakanasap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang
dengan suka hati.”
Ayat
di atas menunjukkan bahwa kepatuhan langit ini diimplementasikan dalam bentuk
taat azas berupa tetapnya Hukum-Hukum Alam di Jagad Raya ini. Sedikit saja
terjadi pergeseran/melenceng dari Hukum Alam yang ada, dapat dibayangkan
benda-benda langit akan keluar dari garis edarnya. Begitu pula, sedikit saja
frekuensi cahaya tampak digeser ke arah tinggi atau rendah, maka hal-hal yang
indah dalam penglihatan kita, bisa terhapus selamanya.
Manusia
hanya bisa melihat pada frekuensi cahaya tampak, di luar rentang frekuensi ini,
cahaya tidak dapat dilihat. Frekuensi diluar rentang cahaya tampak adalah sinar
X, sinar gamaa, infra merah, gelombang radio, dan lainnya. Kesemuanya, termasuk
cahaya merupakan gelombang elektromagnetik (GEM). Meskipun tidak terlihat,
cahaya/sinar-sinar (GEM) ini semua bermanfaat bagi manusia, seperti penggunaan
Rontgen dalam kedokteran, komunikasi radio dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar